Lahan yang tertutup vegetasi padat, seperti hutan alami, adalah sistem pencegahan banjir dan longsor yang paling efektif karena kombinasi dari semua mekanisme ini bekerja secara optimal.
Kelapa Sawit dan Implikasinya terhadap Pencegahan Bencana
Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu bentuk tutupan lahan yang mendominasi di beberapa wilayah Indonesia. Sebagai tanaman monokultur dengan tajuk yang cukup lebat dan sistem perakaran serabut, kelapa sawit memang memiliki kemampuan untuk:
Mengintersep air hujan: Kanopi daunnya dapat menangkap sejumlah air hujan, meskipun tidak seoptimal hutan hujan tropis yang berlapis-lapis.
Mengikat tanah pada lapisan permukaan: Sistem perakaran serabutnya membantu mengikat lapisan tanah bagian atas.
Namun, kemampuan kelapa sawit dalam pencegahan banjir dan longsor perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas, terutama jika dibandingkan dengan hutan alami:
Kepadatan dan Keanekaragaman Akar: Hutan alami memiliki sistem perakaran yang jauh lebih kompleks dan bervariasi, dengan akar tunggang yang dalam dan jaringan akar serabut dari berbagai jenis pohon dan tanaman bawah. Ini menciptakan matras pengikat tanah yang jauh lebih kuat dan stabil, terutama di lereng curam, dibandingkan dengan sistem perakaran kelapa sawit yang relatif seragam dan dangkal.
Tutupan Lahan Bawah: Di bawah kanopi hutan alami, terdapat lapisan serasah daun, semak belukar, dan tanaman penutup tanah yang sangat efektif dalam memperlambat aliran permukaan dan meningkatkan infiltrasi. Di perkebunan kelapa sawit, terutama yang dikelola secara intensif, penutup tanah ini seringkali minim atau dihilangkan untuk efisiensi panen, sehingga tanah lebih terekspos langsung ke air hujan dan aliran permukaan menjadi lebih cepat.