Kedua, cinta alam itu bisa bikin anak lebih cerdas dan bahagia. Belajar di luar kelas, bersentuhan langsung dengan alam, menanam pohon, atau mengamati serangga, bisa merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas mereka. Aktivitas semacam ini juga bisa mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan memberikan pengalaman belajar yang jauh lebih berkesan daripada cuma duduk di bangku kelas. Sekolah yang punya program kurikulum hijau dan fasilitas ramah lingkungan akan menciptakan suasana belajar yang lebih positif.
Ketiga, dan ini yang paling fundamental, adalah menanamkan tanggung jawab moral. Bumi ini bukan cuma milik kita, tapi juga milik generasi mendatang. Dengan mengajarkan anak-anak untuk peduli lingkungan, kita menanamkan nilai-nilai kebaikan, empati, dan rasa syukur atas alam yang telah diberikan. Mereka jadi paham bahwa setiap tindakan kecil yang mereka lakukan, baik itu membuang sampah sembarangan atau menghemat air, punya dampak besar bagi keberlangsungan hidup di Bumi.
Lalu, bagaimana cara sekolah mengintegrasikan edukasi lingkungan? Nggak harus dengan mata pelajaran baru yang bikin padat kurikulum. Bisa dimulai dari hal-hal sederhana. Misalnya, program daur ulang sampah di sekolah, membuat kebun mini di halaman sekolah, atau mewajibkan penggunaan botol minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik. Guru-guru juga bisa mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, misalnya belajar matematika dengan menghitung jumlah sampah yang berhasil didaur ulang, atau belajar bahasa dengan membuat esai tentang pentingnya menjaga hutan.