Oleh: Drs. Asep Sujana, MM
Dalam kapasitas sebagai seorang Guru, kita menyadari bahwa kemampuan dan tingkat kecerdasan siswa berbeda satu dengan lainnya, namun ketika ketika guru tersebut menjalankan proses mengajarnya, kondisi seperti ini terkadang di lupakan oleh Guru, sehinggga menuntut hasil yang sama pada semua siswa . Dampaknya jika ada siswa yang tidak mampu menjawab atau mengerjkan soal yang di buat Guru tersebut, siswa terpaksa diberi sangsi, dan kadang pula memberi "cap" mereka bodoh.
Tindakan yang dianggap "memaksa" tersebut membentuk sikap guru mengelompokkan mereka pada kelompok yang memiliki kemampuan yang diharapkan guru dan kelompok lain yang masuk pada kelompok yang tidak sesuai harapan guru, hal itu bukan mustahil mebuat tindakàn guru menganak emaskan mereka.
Hal lain ketika kita memandang tingkat kecerdasan siswa, seumpama Si X memiliki kemampuan bagus dalam bidang Bahasa dan IPA, sementara Si Y, memilki kemampuan lebih dalam bidang Seni dan Olah Raga, tugas kita sebagai seorang Guru adalah membimbing mereka yang menyukai satu bidang untuk berprestasi pada bidang itu tidak "memaksa" untuk berprestasi pada bidang yang sebenarnya tidak mereka sukai.