Tampang

Misteri Déjà Vu dalam Dunia Psikologi

21 Jul 2025 10:52 wib. 46
0 0
Déjà Vu
Sumber foto: Canva

Sensasi aneh tapi familiar ini adalah déjà vu, sebuah frasa dari bahasa Prancis yang berarti "sudah pernah melihat". Hampir setiap orang pasti pernah mengalaminya setidaknya sekali seumur hidup. Fenomena ini telah lama menjadi teka-teki, membingungkan para ilmuwan dan memicu berbagai spekulasi, dari yang ilmiah hingga yang berbau mistis. Namun, dalam dunia psikologi, ada beberapa teori yang mencoba mengungkap tabir misteri di baliknya.

Sekilas tentang Pengalaman Déjà Vu

Déjà vu adalah pengalaman psikologis yang singkat, biasanya berlangsung hanya beberapa detik, di mana seseorang merasakan familiaritas yang kuat terhadap situasi atau kejadian baru. Rasanya seperti memutar ulang adegan yang sudah pernah kita saksikan. Sensasi ini bisa muncul di mana saja: saat memasuki ruangan yang baru pertama kali dikunjungi, mendengar lagu asing, atau bahkan dalam percakapan spontan.

Meskipun sensasinya kuat, orang yang mengalami déjà vu biasanya tahu secara rasional bahwa kejadian itu baru pertama kali mereka alami. Perasaan familiaritas ini seringkali disertai dengan sedikit kebingungan atau disorientasi karena adanya kontradiksi antara apa yang dirasakan dan apa yang diketahui secara logis. Ini bukan halusinasi, juga bukan pertanda penyakit mental serius, melainkan sebuah anomali dalam proses memori dan persepsi kita.

Teori-Teori Psikologis di Balik Déjà Vu

Dalam psikologi kognitif, beberapa teori mencoba menjelaskan fenomena déjà vu, sebagian besar berputar pada bagaimana otak kita memproses dan menyimpan memori.

Salah satu teori paling umum adalah teori pemrosesan informasi yang terpecah (divided attention atau split perception). Teori ini mengatakan bahwa otak menerima informasi melalui berbagai jalur pada saat yang bersamaan. Déjà vu bisa terjadi ketika otak kita memproses suatu kejadian baru dalam dua fase yang sangat singkat. Pada fase pertama, otak menangkap sebagian kecil informasi atau secara sepintas, mungkin saat kita sedang tidak fokus penuh atau terganggu. Kemudian, pada fase kedua, kita kembali memproses informasi yang sama dengan perhatian penuh. Karena ada jeda singkat antara dua pemrosesan ini, otak kita bisa keliru menafsirkannya sebagai dua peristiwa terpisah, sehingga yang kedua terasa seperti pengulangan dari yang pertama. Seolah ada delay sesaat dalam perekaman informasi.

<123>

#HOT

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Dampak PPN 12% ke Rakyat, Positif atau Negatif?