Ketiga, dan yang paling penting dalam konteks mengubah makna, adalah penggunaan koma untuk memisahkan klausa non-restriktif atau informasi tambahan yang tidak esensial. Klausa ini memberikan detail ekstra, tetapi jika dihilangkan, makna dasar kalimat tidak akan berubah. Koma berfungsi sebagai "jebakan" yang mengapit informasi tersebut, membedakannya dari bagian utama kalimat.
Tanda Koma yang Mengubah Makna Secara Dramatis
Kekuatan koma untuk mengubah makna paling terlihat pada klausa non-restriktif. Ambil contoh kalimat ini:
"Penyanyi yang memakai topi merah, akan tampil di panggung utama."
Pada kalimat di atas, koma diletakkan setelah "topi merah". Koma tersebut membuat klausa "yang memakai topi merah" menjadi non-restriktif. Ini berarti ada informasi tambahan tentang penyanyi tersebut yang tidak penting. Implikasinya, hanya ada satu penyanyi yang akan tampil di panggung utama, dan penyanyi itu kebetulan memakai topi merah.
Sekarang, bandingkan dengan kalimat tanpa koma:
"Penyanyi yang memakai topi merah akan tampil di panggung utama."
Tanpa koma, klausa "yang memakai topi merah" menjadi restriktif. Artinya, klausa ini sangat penting untuk mengidentifikasi siapa penyanyi yang dimaksud. Implikasinya, ada banyak penyanyi, tetapi hanya yang memakai topi merah yang akan tampil. Satu tanda koma telah mengubah jumlah penyanyi dari satu menjadi banyak, dan mengubah makna kalimat secara drastis.
Contoh lain yang sering dikutip adalah: