Selain itu, ada juga resistensi dari metode tradisional. Guru-guru yang terbiasa mengajar dengan cara lama mungkin kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru. Kurikulum yang berorientasi pada hafalan juga tidak serta merta cocok dengan pendekatan pembelajaran digital yang lebih mengedepankan pemahaman dan aplikasi. Adapula kekhawatiran tentang kualitas interaksi guru-murid dan perkembangan sosial emosional siswa jika pembelajaran terlalu banyak bergantung pada layar.
Dilema ini juga mencakup pertanyaan tentang bagaimana menjaga kekayaan budaya dan nilai-nilai tradisional India dalam pendidikan di tengah arus digitalisasi. Apakah digitalisasi akan mengikis identitas lokal atau justru menjadi alat untuk menyebarkan dan melestarikan warisan budaya?
India berada di persimpangan jalan. Mereka harus menemukan keseimbangan yang tepat antara mempertahankan kekuatan dari sistem tradisional, seperti disiplin dan penekanan pada dasar-dasar ilmu pengetahuan, sambil secara agresif mengadopsi teknologi dan metode pembelajaran inovatif. Menciptakan infrastruktur digital yang merata, melatih guru secara masif, dan mengembangkan konten digital yang relevan dan inklusif adalah langkah-langkah krusial. Hanya dengan menavigasi dilema ini secara bijak, pendidikan India dapat melangkah maju, mencetak generasi yang cerdas, adaptif, dan siap menjadi pemain kunci di panggung global digital.