Menariknya, kasus ini juga menunjukkan adanya tekanan psikologis terhadap para mahasiswa PPDS. Mereka harus merasakan ketakutan dan tekanan hanya karena ingin mengejar impian menjadi dokter spesialis. Ini tentu merupakan hal yang sangat disayangkan, dimana proses pendidikan seharusnya menjadi tempat tumbuh kembangnya ilmu dan kemampuan, bukan tempat dilakukannya pemerasan dan penghancuran mental.
Ibunda Dokter Aulia Risma memberikan pernyataannya bahwa ia tidak ingin anaknya menjadi korban selanjutnya. Ia berharap agar kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih menjaga integritas dan etika dalam dunia pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan haruslah dijalani dengan penuh semangat dan keikhlasan, bukan dengan ketakutan dan penderitaan.
Kasus ini juga menjadi pembelajaran bagi calon mahasiswa, terutama di bidang kesehatan, untuk lebih selektif dalam memilih institusi pendidikan. Jangan hanya tergiur dengan prestise dan fasilitas yang ditawarkan, namun juga telitilah tentang integritas dan keberadaan praktek-praktek tidak etis di dalamnya. Transparansi dan kejelasan mengenai biaya pendidikan dan aliran dana sangat penting agar kasus pemerasan semacam ini dapat dihindari di masa depan.