Sementara itu, UX atau User Experience itu lebih ke perasaan dan pengalaman menyeluruh yang dirasakan pengguna saat memakai produk tersebut. Kalau tadi kita bicara mobil, UX itu adalah bagaimana rasanya mengendarai mobil itu: apakah setirnya nyaman digenggam? Transmisinya halus? Apakah mudah parkir? Berapa konsumsi bahan bakarnya? Apakah perjalanan jadi menyenangkan atau justru bikin pusing?
Dalam dunia digital, UX jauh lebih luas dari sekadar tampilan. UX berkaitan dengan bagaimana pengguna merasakan dan berinteraksi dengan produk. Ini mencakup seluruh perjalanan pengguna, mulai dari saat mereka membuka aplikasi pertama kali, bagaimana mereka menemukan fitur yang dicari, seberapa mudah mereka menyelesaikan tugas (misalnya, membeli barang, mengirim pesan, atau mencari informasi), sampai bagaimana perasaan mereka setelah selesai menggunakannya. Desainer UX tidak hanya memikirkan tampilan, tapi juga logika, struktur, dan fungsionalitas produk. Mereka bertanya: apakah alurnya masuk akal? Apakah mudah dipelajari? Apakah ada hambatan? Apakah tujuannya tercapai dengan mulus?
Desainer UX adalah pemecah masalah. Mereka melakukan riset pengguna, membuat user persona, menyusun user journey, membuat wireframe, dan menguji usability untuk memastikan produk itu tidak hanya terlihat bagus, tetapi juga efisien, efektif, dan memuaskan secara keseluruhan.
Keterkaitan dan Sinergi UI-UX
Meskipun berbeda fokus, UI dan UX adalah dua sisi yang tidak bisa dipisahkan dan harus bekerja sama untuk menciptakan produk digital yang luar biasa. Ibaratnya, UI adalah pisau bedah dan UX adalah ahli bedahnya. Pisau bedah (UI) yang tajam dan ergonomis akan percuma jika ahli bedahnya (UX) tidak tahu cara menggunakannya dengan benar atau tidak memahami anatomi pasien. Sebaliknya, ahli bedah hebat tanpa alat yang mumpuni juga akan kesulitan.