Dalam hal teknik, lari sprint mengharuskan pelari untuk mengadopsi posisi tubuh yang lebih menjulang ke depan, bertujuan untuk memberikan momentum lebih saat berlari. Langkah-langkahnya pun lebih pendek dan cepat, serta penekanan pada dorongan kaki yang kuat dari permukaan tanah. Sebaliknya, pada lari endurance, pelari cenderung menggunakan langkah yang lebih panjang dengan kecepatan yang konstan. Ini membantu dalam mempertahankan ritme yang stabil, agar tidak cepat lelah.
Perbedaan lain yang mencolok antara sprint dan endurance juga terlihat dari pelatihan yang dilakukan. Dalam sprint, atlet biasanya fokus pada latihan kekuatan, kecepatan, dan daya ledak. Pelatih sering kali akan menggunakan berbagai jenis latihan seperti interval sprint, latihan plyometric, dan latihan intensitas tinggi untuk meningkatkan performa sprint mereka. Sementara itu, pelari endurance lebih banyak berlatih dengan meningkatkan jarak tempuh dan durasi latihan. Program pelatihan bagi pelari endurance sering kali melibatkan peningkatan secara bertahap dari jarak dan durasi untuk membangun daya tahan otot dan sistem kardiovaskular.
Dari segi fisiologis, sprint dan endurance juga memiliki pengaruh yang berbeda pada tubuh. Sprinter umumnya memiliki otot yang lebih besar dan lebih berotot, serta komposisi tubuh yang lebih rendah lemak karena latihan yang bersifat anaerobik. Sementara itu, pelari endurance biasanya memiliki tubuh yang lebih ramping, dengan massa otot yang lebih sedikit tetapi lebih banyak daya tahan kardiovaskular. Ini bergantung pada tipe serat otot yang dominan: sprinter memiliki serat otot tipe II yang lebih cepat, sedangkan pelari endurance cenderung memiliki serat otot tipe I yang lebih lambat tetapi lebih tahan lama.