Di tengah mahalnya biaya hidup di Jakarta, tuntutan kenaikan gaji buruh terus bergulir. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal menyebut bahwa gaji pekerja seharusnya naik hingga Rp 7 juta per bulan. Kondisi ini mencuat setelah hasil survei biaya hidup Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa upah buruh di DKI Jakarta tahun 2023 harus mencapai rata-rata Rp 7 juta per bulan agar dapat memenuhi kebutuhan dasar.
Menurut Said Iqbal, kenaikan gaji buruh masih belum banding dengan laju inflasi yang terjadi. Dia mengungkapkan bahwa kenaikan gaji buruh hanya mencapai 1,58 persen, sedangkan kenaikan inflasi mencapai 2,8 persen. Hal ini menyebabkan perasaan bahwa buruh sebenarnya mengalami penurunan gaji, bukan kenaikan.
Di tengah konteks ini, penting untuk membahas dampak dari biaya hidup yang tinggi terhadap kehidupan buruh di Jakarta. Biaya hidup yang mahal tentunya membuat para buruh kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka serta keluarga. Memiliki gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah situasi yang sulit bagi para pekerja. Mereka mungkin terpaksa harus bekerja lebih dari satu pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan mereka, yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental mereka.
Selain itu, biaya hidup yang tinggi juga berdampak pada tingkat kemiskinan di Jakarta. Dengan gaji yang tidak mampu menutupi biaya hidup secara layak, kemungkinan besar akan ada peningkatan jumlah orang yang hidup dalam kondisi miskin. Ini tidak hanya berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pada ketimpangan sosial dan ketidakadilan ekonomi