Lebih lanjut, laporan dari Institute for Essential Services Reform (IESR) juga mencatat bahwa 40% subsidi BBM di Indonesia dinikmati oleh 20% rumah tangga terkaya. Bahkan, pada tahun ini sendiri, kompensasi untuk Solar dan Pertalite mencapai Rp 163 triliun, di mana 80% di antaranya dinikmati oleh orang kaya dan mampu.
Menurut Eddy, masalah utama dalam penyaluran subsidi BBM adalah ketidaktepatan mekanisme pendistribusiannya, terutama untuk Pertalite dan Solar. Hal ini memungkinkan siapa pun, termasuk orang kaya, untuk membeli BBM bersubsidi tanpa hambatan.
Eddy juga menekankan bahwa jika subsidi dapat disalurkan pada sasaran yang tepat, maka pemerintah dapat menghemat dana sebesar Rp 130 triliun, yang nantinya dapat digunakan untuk program percepatan pembangunan dan bantuan sosial bagi masyarakat tidak mampu. Bahkan, catatan dari Energy Watch pada tahun 2022 menunjukkan bahwa penghematan subsidi BBM sebesar 100 triliun dapat memberikan beasiswa untuk 8,3 juta siswa, membangun 40 ribu sekolah, dan 20 ribu Puskesmas.