Keberhasilan RIAS adalah hasil dari sinergi seluruh elemen masyarakat, termasuk warga dan pengusaha yang rela menjadi orang tua asuh. "Ini adalah gerakan bersama dari seluruh warga Surabaya yang mampu. Mereka bersedia menjadi orangtua asuh. Ada yang membantu membayar biaya listrik dan membayar tempat tidur sehingga anak-anak ini mendapatkan fasilitas secara gratis,” jelasnya.
Tidak hanya fokus pada akademik, RIAS juga menanamkan kedisiplinan dan keterampilan hidup. Semua aturan, termasuk jam malam dan kewajiban beribadah, telah disepakati bersama orang tua anak. “Kami betul-betul ingin menciptakan anak-anak yang berakhlak. Karena kekuatan segalanya ternyata berasal dari akhlak, dari ucapan yang baik, tidak saling memfitnah, tidak saling menjatuhkan, tetapi saling menguatkan,” tegas Eri.
Peran Krusial Orang Tua, Terutama Ayah
Cak Eri, sapaan akrab Wali Kota Surabaya, juga menyoroti pentingnya peran orang tua, khususnya ayah, dalam pembentukan karakter anak. Ia bahkan turut mengajar langsung dalam program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH). “Untuk itu, saya juga turun langsung mengajar di Sekolah Orang Tua Hebat tentang bagaimana peran ayah. Sebab, anak yang memiliki kasih sayang seorang ayah tidak akan mudah terjebak oleh bujuk rayu seseorang. Ini yang ingin saya kuatkan kepada para ayah,” ucapnya.
Meskipun Surabaya telah meraih predikat Kota Layak Anak (KLA) Utama selama enam tahun berturut-turut, Pemkot Surabaya terus berkomitmen memperkuat pencegahan kenakalan remaja melalui pelibatan aktif orang tua. Menurut Cak Eri, anak perempuan yang dekat dengan ayahnya cenderung lebih tangguh dalam menghadapi pengaruh negatif. “Jadi, peran seorang ayah ini akan bergantung sangat besar kepada keluarganya,” katanya.
Saat ini, Pemkot Surabaya juga memfokuskan diri pada pendampingan psikologis dan sosial untuk orang tua demi menciptakan ketahanan keluarga. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan status KLA Surabaya ke tingkat Paripurna, terutama melalui keterlibatan aktif dalam program Child Friendly Cities Initiative (CFCI) bersama UNICEF. “Kalau ada anak yang (terjaring) ngelem atau ngobat, nanti kami tata dengan orang tuanya. Kami lakukan pendampingan, apakah itu di shelter atau di rumah sakit agar sampai bebas dari narkoba,” ujarnya.
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) itu juga menegaskan bahwa program SOTH adalah bagian penting dari strategi jangka panjang untuk membangun ketahanan keluarga. “Kalau ada kenakalan anak, ada kesalahan anak, jangan dilimpahkan langsung ke anak. Tapi lihat dulu, saya (orangtuanya) ini sudah kasih contoh (yang baik) apa belum?” katanya.