Badihi juga mengamati bahwa simpanse menggunakan gerakan tubuh dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti untuk berdamai setelah berkelahi, menghindari konfrontasi, saling menyapa dengan pelukan atau ciuman, meminta untuk berbagi makanan, serta menunjukkan keinginan untuk bepergian bersama atau berpisah. Interaksi paling intens terjadi saat sesi perawatan.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Current Biology, para peneliti menjelaskan bahwa waktu antara interaksi hampir tidak bervariasi untuk simpanse dengan usia yang berbeda, tetapi terdapat variasi di antara komunitas yang berbeda, mirip dengan perbedaan budaya yang terlihat pada manusia.
Sebagai contoh, gerakan tubuh dipertukarkan lebih lambat pada komunitas simpanse Sonso di Uganda. Dr. Catherine Hobaiter, seorang penulis senior dalam penelitian ini, menyatakan bahwa, "Pada manusia, orang Denmark juga cenderung merespons lebih lambat."
Dikarenakan manusia dan simpanse merupakan kera besar, kemampuan komunikasi yang cepat mungkin merupakan hasil dari warisan evolusi bersama. Selain itu, pengambilan giliran dalam komunikasi sosial yang cepat juga dapat ditemui pada spesies lain seperti paus, lumba-lumba, kelelawar, dan hyena, menurut para peneliti. Hal ini mencerminkan adanya kesamaan dalam pola interaksi sosial antar spesies di alam.