Tampang.com | Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kembali melanda sektor industri manufaktur di awal 2025. Perusahaan-perusahaan tekstil, garmen, dan komponen elektronik merumahkan ribuan karyawan dengan alasan efisiensi dan permintaan pasar yang menurun.
Menurut data terbaru Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), setidaknya 35 ribu pekerja telah kehilangan pekerjaan sejak awal tahun. Kondisi ini membuat kekhawatiran akan krisis ketenagakerjaan kembali mencuat.
“Sejak akhir 2023 kami sudah bekerja dengan jam yang dipotong. Januari lalu kami diberi surat PHK massal. Tidak ada solusi dari pemerintah,” ujar Rita, buruh garmen di Karawang.
Sinyal Krisis yang Diabaikan
Penurunan daya beli masyarakat global, melemahnya nilai tukar rupiah, serta beban energi dan logistik disebut sebagai penyebab utama turunnya produktivitas pabrik. Namun, para buruh menilai pemerintah terlalu lambat mengantisipasi tren penurunan industri sejak tahun lalu.