BLU MCB bertugas untuk mengelola setiap pemasukan yang didapat dari tiap obyek MCB yang masuk dalam lingkupnya. Sebelumnya, pengelolaan ini dilakukan dengan mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, setelah dibentuk sebagai BLU, IHA bisa langsung mengelola dana yang terhimpun, baik dari penjualan tiket maupun dukungan investor, untuk perlindungan dan pemanfaatan MCB, supaya bisa lebih bernilai tambah.
Transformasi BLU MCB juga akan mencakup reimajinasi narasi, lokasi, peninggalan, tata letak pameran, dan berbagai program interaktif. Hal ini bertujuan untuk lebih mengedepankan kreativitas dalam pemajuan kebudayaan dan peningkatan layanan. Museum dan situs warisan tidak hanya menjadi ruang pameran dan penyimpanan, tetapi juga harus memiliki interpretasi dan ruang untuk terhubung dengan masyarakat.
Reimagining warisan budaya di MCB melibatkan tiga aspek utama, yaitu reprogramming yang fokus pada pembaruan kuratorial dan koleksi; redesigning yakni renovasi bangunan dan ruang yang estetis, aman, dan nyaman; serta reinvigorating atau penguatan kelembagaan melalui profesionalisme dan peningkatan kompetensi individu dengan standar tertinggi. Setiap MCB akan dikembangkan sesuai dengan latar belakangnya, misalnya Candi Borobudur akan dikembangkan berdasarkan narasi dan interpretasi yang ada agar pengunjung tidak salah menangkap makna dari Borobudur. Sedangkan Candi Muaro Jambi diperkirakan akan menjadi salah satu warisan budaya penting yang membutuhkan layanan yang menekankan pada hening dan spiritualitas.