Ketimpangan Antarsekolah Masih Jadi Masalah Utama
Meski kurikulum baru dirancang fleksibel, implementasinya tidak merata. Sekolah di perkotaan cenderung lebih siap dengan teknologi dan tenaga pendidik, sementara sekolah di pelosok tertinggal dalam sumber daya dan akses pelatihan.
“Guru di daerah kadang tidak tahu harus mulai dari mana. Kurikulum berubah, tapi fasilitas tetap minim,” tambah Lestari.
Evaluasi Berbasis Data Masih Lemah
Reformasi pendidikan sering dilakukan tanpa analisis mendalam atas efektivitas kurikulum sebelumnya. Hasil asesmen nasional maupun PISA menunjukkan capaian literasi dan numerasi siswa Indonesia masih stagnan, bahkan menurun di beberapa wilayah.
“Kita seperti jalan di tempat. Tanpa evaluasi berbasis data, perubahan kurikulum hanya akan jadi rutinitas yang sia-sia,” kritik Lestari.