Menariknya, nama jalan ini ditulis dengan huruf Arab Melayu, sebuah bentuk kearifan lokal yang pada dasarnya sudah mulai dilupakan namun kini diperkenalkan kembali. Ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung dan menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat.
Saat prosesi peresmian, Heidy Hermia Ismail, putri keempat dari Haji Usmar Ismail, nampak sangat terharu melihat nama ayahnya diabadikan di kota kelahirannya. "Peresmian ini sangat istimewa, dan Bukittinggi adalah kota pertama yang melakukan penghormatan seperti ini dengan memperhatikan keluarga kami," ujarnya dengan penuh emosi.
Namun, di balik perayaan tersebut, Fadli Zon juga menyoroti sebuah ironi. "Meskipun telah ada nama jalannya, ironisnya Bukittinggi belum memiliki bioskop," katanya. Untuk itu, ia mengajak para investor dan pelaku industri film untuk datang dan membangun fasilitas perfilman modern di Bukittinggi sebagai bentuk penghormatan yang lebih nyata terhadap Usmar Ismail.
Berbeda dengan peresmian nama jalan pada umumnya, acara pengenalan Jalan Haji Usmar Ismail ini diwarnai dengan rangkaian kegiatan budaya, termasuk pemutaran film-film karya sang maestro serta pameran foto yang menggambarkan perjalanan hidup Usmar Ismail, dari Bukittinggi hingga ke Hollywood, tempat di mana karyanya diakui secara internasional.
Walikota Bukittinggi, H. M. Ramlan Nurmatias, juga mengungkapkan harapannya untuk membangun Museum Film Usmar Ismail yang tidak hanya menjadi pusat studi perfilman tetapi juga menarik wisatawan ke daerah tersebut. "Museum ini bisa menjadi magnet pariwisata budaya dan juga berfungsi sebagai pusat studi untuk perfilman di Sumatera Barat," tuturnya.