Puncak kiprahnya adalah saat ia terlibat dalam pendirian Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920-an. Tan Malaka menjadi penggagas dan tokoh utama dalam pembentukan partai ini. Dia juga turut serta dalam Konferensi Internasional Buruh dari Partai Komunis China, dimana ia aktif dalam pendirian International Trade Union of Revolutionary Workers and Peasants. Kontribusi Tan Malaka dalam membangun kesadaran revolusioner di kalangan pekerja Indonesia sangatlah besar.
Namun, kiprah Tan Malaka tidak lepas dari kontroversi, terutama terkait dengan pendiriannya yang lugas terhadap kolonialisme dan kapitalisme. Ketika Indonesia meraih kemerdekaannya, Tan Malaka memainkan peran penting dalam menyelenggarakan rapat dan kongres-kongres yang mendorong terciptanya kesepakatan antara Belanda dan Indonesia.
Namun, peranannya mulai meredup ketika ia diasingkan oleh pemerintah Indonesia setelah terlibat dalam pemberontakan PRRI (Permesta) pada tahun 1958. Tan Malaka pun meninggal dunia dalam pengasingan di Nanning, Tiongkok pada 21 Februari 1949.
Begitu banyak sumbangsih Tan Malaka dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia yang belum terungkap secara menyeluruh. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa kiprahnya telah memberikan inspirasi bagi para pemuda Indonesia untuk terus berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan dan keadilan. Selain itu, ide-idenya tentang pemerataan ekonomi dan sosial masih relevan dalam konteks Indonesia saat ini.