Salah satu alasan paling kuat mengapa orang Indonesia suka makan pakai tangan adalah pengalaman sensorinya yang jauh lebih kaya. Saat menyuap nasi dan lauk dengan tangan, jari-jemari kita bersentuhan langsung dengan tekstur makanan. Kita bisa merasakan lembutnya nasi hangat, renyahnya ikan goreng, empuknya daging, atau licinnya sayuran. Suhu makanan pun terasa langsung, memberi dimensi lain pada pengalaman makan.
Sentuhan ini, yang tidak didapatkan saat menggunakan sendok atau garpu, dipercaya membuat makanan terasa lebih nikmat. Ada semacam koneksi primal antara tangan dan mulut yang memperkuat pleasure dalam makan. Ketika semua indra terlibat – penglihatan, penciuman, dan terutama sentuhan – makanan terasa lebih berkarakter. Konon, beberapa jenis makanan seperti nasi campur, nasi uduk, atau ayam goreng crispy memang paling mantap disantap dengan tangan, karena semua elemen bisa dicampur dan disatukan dengan sempurna dalam genggaman.
Efisiensi dan Kepraktisan dalam Mencampur Makanan
Selain soal sensori, makan pakai tangan juga menawarkan efisiensi dan kepraktisan tertentu, terutama untuk jenis makanan tertentu. Bayangkan makan pecel lele, ayam bakar, atau nasi padang dengan sendok dan garpu. Agak sulit rasanya untuk mencampur sambal dengan nasi, meratakan bumbu, atau mengambil semua bagian lauk dengan sempurna. Tangan memungkinkan kita untuk mencampur dan meramu makanan sesuai selera dengan lebih leluasa.
Kita bisa mengaduk nasi dengan kuah gulai, meremas-remas sambal ke dalam lauk, atau memisahkan tulang ikan dengan lebih mudah. Ini adalah cara makan yang sangat adaptif terhadap hidangan Indonesia yang seringkali terdiri dari berbagai elemen yang perlu dicampur atau dipisah-pisah. Bagi sebagian orang, kemampuan untuk mengontrol porsi dan kombinasi makanan di setiap suapan juga menjadi nilai tambah.