Kedatangan mereka membawa nuansa keagamaan dan kearifan lokal yang mendalam, sangat kontras dengan kesibukan kota metropolitan tempat TMII berada. Bhikkhu tudong biasanya melakukan perjalanan secara sederhana, dengan hanya membawa perlengkapan pribadi dan bergantung pada dukungan dari masyarakat sekitar. Mereka mengandalkan kebaikan hati orang-orang yang mereka temui selama perjalanan mereka. Kehadiran mereka di TMII memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk berinteraksi langsung dengan para biksu dan mendengarkan ajaran-ajaran yang disampaikan.
Selain itu, kedatangan bhikkhu tudong di TMII juga memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk belajar lebih dalam tentang ajaran Buddha dan praktek spiritual yang mereka lakukan. Melalui diskusi, ceramah, dan pertemuan-pertemuan kecil, bhikkhu tudong dapat membagikan pemahaman mereka tentang pentingnya kedamaian dalam kehidupan sehari-hari dan arti dari kehidupan yang sederhana.
Bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, kehadiran para bhikkhu tudong di TMII juga memberikan peluang untuk memperluas toleransi dan pemahaman antar-agama. Dengan berinteraksi langsung dengan para bhikkhu, masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang ajaran agama Buddha dan memperdalam toleransi antar-umat beragama.