Dosen dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bernama Bayu Dwi Apri Nugroho menyampaikan sorotan terhadap rencana pemerintah Indonesia untuk bekerja sama dengan China dalam pengembangan teknologi penanaman padi di wilayah Kalimantan Tengah. Rencana tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, setelah pertemuan ke-4 High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat China di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, pada bulan April 2024.
Menurut Bayu, secara teori rencana ini memiliki potensi yang positif karena China telah terbukti menghasilkan produktivitas tinggi dalam teknologi pertaniannya. Namun demikian, dalam konteks Indonesia, terutama di Kalimantan Tengah, Bayu menekankan adanya kompleksitas yang sangat besar dalam mengembangkan komoditas pertanian. Faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, iklim, tanah, hama, penyakit, dan aspek sosial masyarakat menjadi hal penting yang perlu dipertimbangkan.
Kearifan lokal dalam sektor pertanian juga menjadi perhatian utama bagi Bayu, yang sangat berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Contohnya, di Jawa Tengah dan DIY, terdapat konsep pranata mangsa atau penanggalan Jawa yang menjadi panduan bagi petani dalam menjalankan aktivitas bercocok tanam. Pengetahuan ini sangat lokal dan bersifat temporal, serta sangat bergantung pada kondisi lingkungan setempat.