Selama lima tahun terakhir, Ayu memilih untuk kembali ke kota kelahirannya di Singaraja, Buleleng, guna merawat ibunya yang berusia 92 tahun dan mengalami demensia. Ia merasakan kedamaian sekaligus keramaian di Bali, yang mengajarkan banyak hal tentang nilai-nilai kemerdekaan.
“Jelang Hari Kemerdekaan, saya belajar untuk berkompromi dengan suara riuh di sekitar dan juga dengan kesunyian di dalam diri. Ini adalah proses yang memperkaya pemahaman saya tentang arti merdeka,” ungkap Ayu. Mengenang masa kecilnya, ia teringat bahwa rumahnya dikelilingi oleh sekolah-sekolah. Menjelang perayaan hari kemerdekaan, suasana di Singaraja selalu dipenuhi dengan berbagai festival dan perlombaan.
Saat kecil, Ayu juga diundang untuk berpartisipasi dalam lomba gerak jalan di sekolah, dan di malam hari ia sering tampil menyanyi di lapangan untuk menambah semarak perayaan tersebut. Pengalamannya di Singaraja mengantarkannya pada pilihan hidup yang penuh dedikasi sebagai seniman.
“Menjadi seniman adalah pilihan yang penuh tantangan, namun itulah yang saya pilih, karena seni adalah cara saya untuk terhubung dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan,” jelasnya. Dari pengalamannya belajarnya di seni peran, Ayu membintangi sejumlah film layar lebar, seperti "Komang", "Bumi Manusia", dan "Pengabdi Setan".