Perang gerilya yang dipimpin Jenderal Sudirman memanfaatkan segala kondisi alam dan bentang wilayah Indonesia. Melalui taktik gerilya, pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Jenderal Sudirman berhasil membangun perlawanan yang efektif terhadap pasukan Belanda yang jauh lebih besar dan lebih modern secara persenjataan. Kehebatan dan kecerdikan dalam taktik perang gerilya menjadi salah satu keunggulan Jenderal Sudirman dalam memimpin perang kemerdekaan Indonesia.
Pada 29 Januari 1950, Jenderal Sudirman tutup usia. Meskipun sudah tiada, kontribusi dan semangat juang Jenderal Sudirman terus dikenang dan dihargai oleh bangsa Indonesia. Sebagai salah satu tokoh pahlawan nasional, Jenderal Sudirman menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk menghargai perjuangan kemerdekaan dan mempertahankan keutuhan bangsa.
Keberanian dan keteguhan Jenderal Sudirman dalam memimpin perang gerilya di atas kursi roda menjadi bukti bahwa kegigihan dan semangat juang tidak terbatas oleh kondisi fisik. Kursi rodanya bukanlah penghalang bagi Jenderal Sudirman untuk memberikan kontribusi yang besar bagi bangsa Indonesia. Semangat juang, kecerdikan taktik perang, dan keberanian Jenderal Sudirman telah memberikan inspirasi bagi setiap individu untuk tetap mengabdi pada bangsa dan negara.