Setelah terjadinya gencatan senjata dengan Israel, pemerintah Iran meluncurkan operasi keamanan internal yang berskala besar. Operasi ini melibatkan gelombang penangkapan massal dan eksekusi individu-individu yang dituduh sebagai mata-mata untuk negara musuh, khususnya Israel. Tindakan ini bertujuan untuk memperkuat keamanan nasional Iran di tengah meningkatnya ketegangan regional.
Parlemen Iran juga mengambil langkah proaktif dengan mengesahkan sebuah rancangan undang-undang (RUU) darurat yang memfokuskan pada peningkatan hukuman bagi para mata-mata. Dalam sebuah penyampaian kepada masyarakat, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengklaim bahwa mereka telah meraih kemenangan bersejarah atas Israel dan Amerika Serikat. Pernyataan tersebut disampaikan melalui media, termasuk Al Jazeera pada Rabu (25/6/2025).
Dalam laporan terbaru dari Iran International, dilaporkan bahwa lebih dari 700 orang telah ditangkap dalam periode 12 hari terakhir. Mereka dituduh terlibat dalam upaya sabotase atau berfungsi sebagai agen yang bekerja untuk Israel. Penangkapan ini terjadi di berbagai provinsi, mencerminkan skala operasi yang sangat luas di seluruh negara. Di Kermanshah, jumlah penangkapan mencapai 115 orang, sementara di Fars terdapat 53 penangkapaan, dan Khuzestan mencatatkan 23 orang yang didakwa.
Iran juga mulai menjatuhkan hukuman yang berat kepada individu-individu yang diduga berkolaborasi dengan Israel. Di kota Urmia, tiga pria dilaporkan dieksekusi setelah dianggap bersalah bersekongkol dengan badan intelijen Israel, Mossad. Gholam-Hossein Mohseni-Ejei, Kepala Kehakiman Iran, menyerukan agar proses hukum terkait para terduga kolaborator ini dipercepat. Ia meminta agar penanganan kasus tersebut segera mencapai putusan dengan merujuk pada ketentuan hukum yang berlaku dalam situasi perang.