Sebagai salah seorang biduan yang hadir dalam acara tersebut, Nayunda memberikan pendapat yang cukup kontroversial. Ia mengungkapkan bahwa jika honorer tersebut merasa tidak bekerja, seharusnya mereka mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut. Nayunda berpendapat bahwa jika seseorang merasa tidak bekerja, seharusnya ia membiarkan orang lain yang benar-benar ingin dan bisa bekerja mendapatkan kesempatan tersebut.
Pendapat Nayunda tersebut menuai pro dan kontra di masyarakat. Ada yang setuju dengan pendapatnya, namun ada pula yang mengkritiknya karena dianggap kurang sensitif terhadap kondisi sosial para honorer.
Kasus ini tentu saja memicu diskusi hangat di media sosial maupun di berbagai forum diskusi. Banyak netizen yang turut memberikan pendapat dan pandangannya terkait fenomena ini. Beberapa mendukung para honorer yang menuntut hak mereka, namun ada pula yang menyetujui pendapat Nayunda bahwa seharusnya orang yang merasa tidak bekerja seharusnya mundur dari pekerjaannya.
Fenomena honorer sebut tidak bekerja tapi kok digaji merupakan cerminan dari kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Diperlukan solusi yang bijak dan adil agar semua pihak dapat merasakan keadilan dalam dunia kerja.
Secara keseluruhan, diskusi ini mendorong kita untuk lebih memahami berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam hal penetapan status kerja dan pemberian gaji kepada para honorer. Semoga dengan banyaknya perbincangan tentang kasus ini, pemerintah dan pihak terkait dapat menemukan solusi yang tepat bagi semua pihak yang terlibat.