Tampang.com | Pemerintah kembali mendorong penerapan Kurikulum Merdeka di seluruh jenjang pendidikan. Namun di saat yang sama, persoalan mendasar seperti kesenjangan kualitas antara sekolah di kota besar dan daerah terpencil masih belum teratasi.
Alih-alih menjadi solusi, perubahan kurikulum berulang kali justru menambah beban bagi guru dan siswa, tanpa disertai dukungan infrastruktur dan pelatihan yang memadai.
Sekolah Maju-Mundur, Tergantung Lokasi dan Akses
Di kota-kota besar, sekolah unggulan dengan fasilitas lengkap lebih mudah mengadopsi Kurikulum Merdeka. Sebaliknya, di daerah tertinggal, banyak guru masih kebingungan menjalankan model pembelajaran baru karena keterbatasan akses internet, buku, dan pelatihan.
“Banyak sekolah di pedalaman belum punya komputer, sementara ujian berbasis digital sudah diterapkan. Ini ketimpangan nyata,” ungkap Dina Rosalia, pengamat pendidikan dari LIPI.