Dalam penjelasannya, Prasetyo menekankan bahwa keberadaan kelompok masyarakat yang hanya bisa 'lihat-lihat' atau sekadar bertanya tanpa bertransaksi bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan. Fenomena ini mencerminkan realita daya beli masyarakat yang masih melemah. Ia menilai penting bagi pemerintah dan seluruh pihak untuk menanggapinya sebagai peringatan akan ketimpangan ekonomi yang masih terjadi.
Istilah “Rojali” alias Rombongan Jarang Beli menggambarkan konsumen yang hanya datang ke pusat perbelanjaan untuk melihat-lihat tanpa melakukan pembelian. Sedangkan “Rohana” atau Rombongan Hanya Nanya, menggambarkan mereka yang aktif bertanya tentang produk atau harga, tapi akhirnya tidak jadi membeli. Kedua istilah ini kini ramai dipakai sebagai simbol dari kondisi ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah yang masih perlu perhatian khusus.
Lebih jauh, Prasetyo menegaskan bahwa ini bukan hanya soal tren di medsos, tapi wujud keresahan nyata masyarakat. Ia menyampaikan pentingnya memperkuat daya beli masyarakat melalui optimalisasi kebijakan ekonomi, peningkatan investasi, dan pemberantasan kebocoran anggaran yang selama ini menghambat pemerataan kesejahteraan.