Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa sastra memiliki peran penting dalam menopang peradaban bangsa Indonesia. Menurutnya, karya sastra, terutama puisi, telah menjadi cermin perjalanan panjang bangsa sejak berabad-abad lalu. Ia menyebutkan bahwa dari era Pujangga Lama, Pujangga Baru, Balai Pustaka, hingga Angkatan 45 dan Angkatan 66, puisi selalu hadir sebagai saksi zaman yang merekam denyut kehidupan masyarakat dan dinamika perjuangan bangsa.
Hal itu disampaikan Fadli dalam keterangan resminya di Jakarta, Minggu (24/8), usai menghadiri acara “Malam Dzikir Puisi” yang digelar Teater Sastra dan Alumni UI Lintas Generasi di Universitas Indonesia, Depok, sehari sebelumnya. Menurut Fadli, acara yang berlangsung di tengah peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia ini menjadi momen yang penting karena menghadirkan ruang refleksi kolektif tentang peran sastra dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman bangsa. Ia menekankan bahwa keberagaman budaya Indonesia merupakan anugerah sekaligus kekuatan, dan sastra memiliki peran sentral dalam merawat sekaligus mengikat kebersamaan itu.
Fadli juga menyampaikan bahwa saat ini Kementerian Kebudayaan tengah menjalankan program besar untuk memperkuat ekosistem sastra nasional sekaligus mendorong internasionalisasi karya sastra Indonesia. Harapannya, karya-karya penulis dari tanah air dapat dikenal lebih luas dan mendapatkan apresiasi, tidak hanya dari masyarakat Indonesia sendiri, tetapi juga dari publik internasional. Ia mencontohkan langkah konkret tersebut melalui penyelenggaraan “Sasana Sastra: Membaca 80 Tahun Indonesia” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki pada 22 Agustus 2025, yang menjadi bagian dari rangkaian upaya kementerian dalam memajukan sastra Indonesia. Menurutnya, penguatan ekosistem sastra ini sangat penting, sebab di dalamnya termasuk puisi yang sejak lama menjadi denyut nadi intelektual bangsa.