Tampang.com | Di balik megahnya Candi Borobudur yang berdiri kokoh di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tersimpan sebuah keajaiban teknik arsitektur kuno. Monumen Buddha terbesar di dunia ini dibangun tanpa menggunakan semen atau mortar sedikit pun untuk merekatkan setiap batuannya. Meski demikian, struktur candi tetap tegak berdiri selama lebih dari 1.200 tahun.
Dibangun Tanpa Semen, Sebelum Era Industri
Pembangunan Candi Borobudur berlangsung pada masa Dinasti Sailendra, diperkirakan antara tahun 780 hingga 840 Masehi. Sementara itu, pabrik semen pertama di Indonesia, yaitu Pabrik Indarung I PT Semen Padang, baru berdiri lebih dari seribu tahun kemudian, tepatnya 18 Maret 1910.
Meski tanpa teknologi modern, Borobudur masih menjadi lokasi penting hingga kini. Bahkan, pada Senin (12/5/2025), candi ini kembali menjadi pusat peringatan Hari Raya Waisak 2569 BE.
Asal Usul dan Filosofi Arsitektur Borobudur
Borobudur dibangun di atas bukit dengan gaya punden berundak, memiliki 10 tingkat dan tinggi mencapai 35,4 meter. Luas dasarnya sekitar 121,66 x 212,38 meter. Desainnya mengikuti gaya Mandala, mencerminkan alam semesta dalam ajaran Buddha. Candi ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tapi juga petunjuk spiritual bagi umat Buddha dalam perjalanan menuju pencerahan.