Viral di media sosiaal Bupati Halmahera Utara, Frans Manery membubarkan para pendemo menggunakan sebilah parang saat sekelompok mahasiswa dan pemuda itu menggelar unjuk rasa di Tobelo, ibu kota kabupaten setempat. Insiden ini telah menimbulkan kehebohan di berbagai kalangan dan mendapat sorotan tajam dari masyarakat maupun pihak berwenang. Kejadian ini menimbulkan polemik mengenai tindakan aparat pemerintah setempat dalam menangani protes mahasiswa. Inilah peristiwa yang mengguncang Halmahera Utara dan menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak.
Namun, Bupati Halut Frans Manery menyatakan, sebelum mengejar massa dengan sebilah parang, ia telah menegur massa aksi untuk kembali pulang namun massa justru tidak mengindahkan permintaan itu dan kembali orasi di agenda pleno KPU tersebut. Tindakan represif tersebut bahkan dilakukan dengan menggunakan sebilah parang, yang seharusnya tidak pernah menjadi pilihan dalam menangani demonstrasi yang sejatinya harus diatasi dengan dialog dan pendekatan secara damai.
Menurut Frans, tindakan yang dilakukan olehnya dilaksanakan bukan sebagai kepala daerah karena dia berdalih tidak memakai atribut.“Sekali lagi, saya katakan, tindakan saya tadi itu bukan atas nama bupati, tapi atas nama pribadi,” katanya. Namun, tindakan bupati yang membubarkan massa dengan sebilah parang justru menimbulkan kekhawatiran akan penyalahgunaan kekuasaan dan kekerasan oleh pihak berwenang. Sikap represif tersebut juga telah menimbulkan kecaman keras dari berbagai pihak, termasuk dari LSM dan organisasi mahasiswa.