Setiap motif batik memiliki cerita tersendiri. Ada yang menceritakan filosofi kehidupan, doa dan harapan, hingga pengaruh budaya lintas bangsa seperti motif-motif dari Batik OST yang menggabungkan nuansa Jawa, Tionghoa, Eropa, Asia hingga Arab. Hal ini membuktikan bahwa batik adalah media ekspresi budaya yang sangat inklusif.
“Saya melihat batik yang mengikuti perkembangan zaman. Melalui pameran ini, saya amati ada konsistensi kain batik tercipta dari tiga generasi dan tiap generasi punya perbedaan keunikan dan autentik dari masing-masing pembatik,” ujar Irene.
Generasi Muda, Garda Depan Pelestari Budaya
Dalam kesempatan tersebut, Wamen Ekraf juga mengajak generasi muda untuk tidak hanya mencintai batik sebagai fashion item, tapi juga sebagai warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ia berharap anak muda bisa menjadi pelopor inovasi batik yang tetap berakar pada nilai tradisi, namun mampu beradaptasi dengan gaya hidup modern.
Kementerian Ekraf pun berkomitmen memberikan perlindungan terhadap karya para pembatik lewat penguatan Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Ini menjadi langkah penting untuk mencegah penjiplakan motif batik oleh negara lain dan menjaga nilai orisinalitas setiap karya pembatik Indonesia.