Menurut data dari BMKG, rata-rata Indonesia mengalami sekitar 8.000 hingga 10.000 kali gempa bumi setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sebagian kecil di antaranya dapat dirasakan oleh manusia dan memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan.
Aktivitas subduksi lempeng yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia memicu terjadinya gempa bumi dengan berbagai magnitudo. Dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki, BMKG terus berupaya untuk memberikan informasi yang akurat terkait dengan gempa bumi sehingga masyarakat dapat mengambil tindakan yang tepat dalam mengantisipasi dampaknya.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga rentan terhadap bencana alam lainnya seperti tsunami, letusan gunung berapi, dan banjir akibat curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, peran BMKG dalam memberikan peringatan dini dan informasi terkait bencana alam sangatlah penting untuk keselamatan masyarakat.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana alam, edukasi kepada masyarakat juga perlu terus dilakukan. Pelatihan-pelatihan terkait evakuasi, pertolongan pertama, dan tindakan tanggap darurat dapat membantu masyarakat untuk lebih siap menghadapi situasi darurat saat bencana alam terjadi.
Penggunaan teknologi canggih dalam monitoring gempa bumi dan aktivitas alam lainnya juga menjadi hal yang krusial dalam upaya pencegahan dampak bencana. Data akurat dan pemetaan wilayah yang rentan terhadap bencana alam dapat menjadi dasar untuk pengambilan kebijakan dalam rangka mitigasi risiko bencana.
Sebagai langkah preventif, pemerintah juga perlu memperhatikan perencanaan tata ruang dan pembangunan infrastruktur yang mempertimbangkan aspek kebencanaan. Bangunan-bangunan publik dan rumah tinggal yang tahan gempa serta adanya jalur evakuasi yang memadai perlu menjadi perhatian utama dalam upaya meminimalkan kerugian akibat bencana alam.