Proses produksi “Imprisoned” berlangsung sederhana namun penuh ketelitian. Seluruh instrumen, kecuali bass yang diisi oleh Yanuari Murdiansah, dikerjakan sendiri oleh Azel di kamarnya melalui perangkat digital. Mixing lagu ia tangani secara mandiri, sementara proses mastering dipercayakan kepada Daniel Fasolli di Bergamo, Italia. Hasilnya adalah karya yang terdengar raw namun tetap berkelas, memadukan kejujuran emosional dengan kualitas produksi internasional.
Tidak hanya pada musik, sentuhan personal juga hadir dalam visual artwork single ini. Foto yang digunakan adalah hasil jepretan analog Azel sendiri saat berada di sebuah stasiun di Tokyo, Jepang. Gambar itu memperlihatkan rumah mewah bergaya tahun 1930–1940an, atau yang biasa disebut manor dalam bahasa Inggris. Imaji tersebut memperkuat atmosfer lagu: nostalgia, keheningan, sekaligus perasaan terjebak di dalam ruang yang tampak indah namun sunyi.
Bagi Azel, “Imprisoned” bukan hanya sekadar lagu, melainkan sebuah refleksi perjalanan batin dan seni. Lagu ini ia posisikan sebagai gerbang menuju album penuh yang akan datang sebuah karya yang diharapkan bisa memperdalam koneksi emosional dengan para pendengar. Dengan narasi yang jujur dan soundscape yang imersif, Azel berusaha menghadirkan pengalaman mendengarkan yang bukan hanya musikal, tapi juga emosional.