Menurut Wang, selama pelatihan di kamp militer Rusia, calon prajurit dipantau secara ketat. Bahkan untuk pergi ke kamar mandi tengah malam, mereka selalu dikawal tentara bersenjata. Upaya melarikan diri hampir mustahil dilakukan karena pengawasan yang ekstrem serta kehadiran pasukan bersenjata di mana-mana.
Ia juga menggambarkan kondisi kamp pelatihan di Rostov yang tidak manusiawi. Fasilitas sangat minim, bahkan tidak tersedia listrik dan air bersih. Para rekrutan hanya diberikan satu porsi makanan dalam sehari atau bahkan dua hari sekali. Salah satu pengalaman paling traumatis bagi Wang adalah ketika ia melihat seorang rekrutan asing bunuh diri di tengah malam. Alasan kejadian itu tidak diketahui secara pasti, namun menggambarkan tekanan mental yang ekstrem.
Rekan sesama tawanan perang, Zhang Renbo, memiliki kisah yang tak kalah memilukan. Ia berangkat ke Rusia sebagai turis, dengan niat bergabung ke militer. Namun setelah mengalami kerasnya realita perang, Zhang menyesal telah meninggalkan China.
Zhang berharap orang tuanya yang kemungkinan besar melihatnya di televisi dapat memahami kondisinya. Ia menyampaikan bahwa dirinya masih hidup dan akan bekerja sama dengan otoritas Ukraina agar bisa pulang ke tanah air.
Zhang juga mengaku terkejut dengan kenyataan perang yang sangat berbeda dari gambaran di film atau serial televisi. Waktu terasa berjalan sangat lambat, dan setiap detik penuh tekanan psikologis.
Salah satu bagian paling mencolok dari kesaksian mereka adalah kritik terhadap propaganda Rusia. Wang menegaskan bahwa semua yang dijanjikan Rusia kepada para rekrutan asing adalah kebohongan. Ia secara terbuka memperingatkan warga China lain untuk tidak mengikuti jejaknya.
"Jangan pernah ikut perang ini. Rusia tidak sekuat yang mereka katakan. Semua yang disampaikan kepada kita hanya ilusi. Perang ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kita," ujarnya tegas.