Perang di Timur Tengah kembali memanas, kali ini melibatkan Israel dan beberapa milisi Arab. Setelah sebelumnya melibatkan Lebanon dan Yaman, Israel kini menyerbu Suriah pada hari Minggu yang lalu. Berdasarkan laporan dari media pemerintah Suriah SANA, serangan terjadi di lokasi militer yang sensitif di wilayah Provinsi Hama tengah. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa 14 orang tewas dalam serangan tersebut dan 43 orang lainnya mengalami luka-luka, termasuk enam orang dalam kondisi kritis.
Korban tewas akibat agresi Israel di sejumlah lokasi di sekitar Masyaf telah meningkat menjadi 14 orang, sementara 43 orang mengalami luka-luka, termasuk enam orang yang dalam kondisi kritis seperti yang dilaporkan oleh media asing yang dikutip oleh AFP pada Senin, 9 September 2024. Pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM) menyatakan bahwa serangan "intens" Israel menewaskan 18 orang, termasuk 8 orang yang merupakan anggota militer Suriah, sementara 32 orang lainnya mengalami luka-luka.
Serangan udara dilaporkan diluncurkan dari arah Barat Laut Lebanon, menargetkan sejumlah lokasi militer di wilayah tengah Suriah, termasuk area penelitian ilmiah di Masyaf. Israel sendiri telah sering melakukan serangan ke Suriah sejak 2011, dengan target posisi militer dan pejuang yang didukung oleh Iran, termasuk dari kelompok Hizbullah Lebanon. Kepala Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, menggambarkan serangan ini sebagai salah satu serangan Israel yang paling kejam di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Penjelasan terkait motif serangan ini juga dikemukakan, sebagaimana diketahui, bahwa Iran merupakan sekutu dekat dari rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad. Rahman juga mengungkapkan bahwa ahli militer Iran sedang aktif mengembangkan senjata di wilayah tersebut, termasuk rudal presisi dan pesawat nirawak. Hal ini turut menunjukkan terkait kekhawatiran Israel akan perluasan pengaruh Iran di wilayah Timur Tengah.