Di sisi lain, konflik ini juga memberikan peluang bagi negara lain, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan industri teknologi secara mandiri. Dengan ketidakpastian dalam pasokan teknologi dari AS, China, atau Taiwan, negara-negara berkembang dapat melihat konflik ini sebagai kesempatan untuk mendorong pengembangan industri teknologi dalam negeri.
Pengembangan industri teknologi yang mandiri tidak hanya akan mengurangi ketergantungan terhadap rantai pasok global yang rentan terhadap konflik geopolitik, tetapi juga akan meningkatkan kedaulatan teknologi suatu negara. Dengan demikian, konflik antara AS, China, dan Taiwan dapat menjadi pemicu bagi negara-negara lain untuk mengubah paradigma dalam pengembangan industri teknologi.
Dalam situasi ini, diplomasi dan dialog antara AS, China, dan Taiwan menjadi kunci untuk meredakan ketegangan dan menghindari eskalasi konflik yang dapat berdampak negatif secara global. Upaya diplomasi, dialog, dan penyelesaian konflik yang berkelanjutan dapat membantu mencegah gangguan yang lebih luas terhadap perdagangan dan industri teknologi global.