Dia menegaskan pentingnya peran serta dirinya dalam memberikan bantuan sebisa mungkin kepada warga Palestina.
Selain Layla, seorang siswa bernama Leila juga menyatakan bahwa kaum muda memiliki hak untuk menyuarakan sikap politik. Dia menyoroti bahwa banyak sekolah di Gaza yang menjadi target serangan, sehingga para siswa di sana tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka. Oleh karena itu, mereka merasa bahwa mereka juga tidak seharusnya bersekolah dengan kondisi yang sama seperti yang terjadi di Gaza.
Di Adelaide, sekitar 100 mahasiswa juga berkumpul di tengah hujan untuk memprotes di sekitar parlemen Australia Selatan, North Terrace. Salah seorang pengunjuk rasa, Zain Baroudi, menyatakan bahwa beberapa siswa merasa perlu untuk keluar dari kelas karena merasa tidak bisa diam menyaksikan genosida yang terjadi di Gaza.
Melak Khaleel, seorang mahasiswi yang juga turut berpartisipasi dalam demo tersebut, menekankan bahwa suara para mahasiswa juga memiliki bobot yang sama pentingnya dengan suara orang dewasa. Dia menegaskan bahwa penting bagi mereka untuk turun ke jalan demi menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap kekerasan yang sedang terjadi di Gaza.
Bibi Sediqi, seorang siswa kelas 11, juga menyampaikan bahwa meskipun mereka masih di bawah umur, namun mereka sepenuhnya menyadari apa yang sedang terjadi di Gaza. Dia menyatakan bahwa kedatangannya ke demo tersebut bukan semata-mata untuk menyuarakan hak mereka, melainkan juga sebagai representasi dari suara orang-orang Gaza yang tidak dapat menyuarakan hak-hak mereka.
Aksi solidaritas ini diadakan di tengah eskalasi kekerasan yang terjadi di Gaza sejak 7 Oktober. Hingga kini, Israel terus melakukan serangan udara di Gaza, termasuk menyerang fasilitas publik seperti kamp pengungsian, sekolah, tempat ibadah, dan rumah sakit.