Begitu banyaknya penggunaan alat-alat ini menunjukkan betapa maraknya transisi ke pola kerja jarak jauh, atau yang lebih dikenal dengan istilah work from home (WFH), yang terjadi selama pandemi. Meskipun WFH menjadi solusi yang baik untuk mempertahankan produktivitas perusahaan di tengah pandemi, namun hal ini juga menimbulkan sejumlah perdebatan terkait keterlibatan dan produktivitas karyawan dalam lingkungan kerja yang berbeda.
Menurut laporan dari State the Global Workplace oleh Gallup, 62% pekerja di seluruh dunia tidak terlibat sepenuhnya dalam pekerjaannya. Di antara mereka, 15% disebut tidak terlibat secara aktif karena mereka merasa memiliki manajer atau pekerjaan yang buruk, bahkan mencari kesempatan baru.
Tingginya persentase pekerja yang tidak terlibat secara aktif dalam pekerjaannya menunjukkan adanya realitas bahwa karyawan perlu didorong untuk tetap terlibat, meskipun dalam situasi WFH. Hal ini dapat dilakukan melalui pemantauan yang lebih cermat terhadap kinerja karyawan, komunikasi yang efektif antara atasan dan bawahan, serta pembentukan lingkungan kerja yang lebih kondusif untuk produktivitas.