Faktor Imigrasi dan Pendidikan: Fondasi Kesuksesan
Menurut catatan dari BBC, populasi diaspora India di Amerika Serikat memang tergolong kecil, hanya sekitar 4 juta orang. Namun, kontribusi mereka sangat signifikan. Dari jumlah tersebut, 1 juta merupakan ilmuwan dan insinyur. Sebanyak 70% dari total populasi tersebut adalah pemegang visa H-1B—jenis visa yang diperuntukkan bagi pekerja asing dengan keahlian tinggi, terutama di bidang teknologi informasi dan software engineering. Bahkan, di kota seperti Seattle, lebih dari 40% insinyur berasal dari India.
Perjalanan sukses ini tidak terlepas dari kebijakan imigrasi Amerika Serikat yang berubah drastis pada era 1960-an. Pemerintah AS kala itu mengubah sistem kuota nasional menjadi sistem seleksi berdasarkan keterampilan dan penyatuan keluarga. Hasilnya, ribuan dokter, insinyur, dan pemrogram komputer asal India mulai berdatangan ke Amerika. Mereka membawa serta pendidikan tinggi dari kampus-kampus ternama di India, seperti Indian Institutes of Technology (IIT), dan sebagian bahkan meraih gelar master dari universitas bergengsi di AS.
Imigran India memang berbeda. Mereka datang bukan dengan bekal seadanya, melainkan dengan fondasi akademis yang kokoh dan ambisi yang kuat. Hal ini diamini oleh pengusaha teknologi dan akademisi ternama, Vivek Wadhwa, yang menyatakan bahwa imigran dari India umumnya adalah “hasil terbaik” dari sistem pendidikan mereka, dan begitu tiba di AS, mereka langsung menyatu dengan perusahaan-perusahaan teknologi besar. Dari situlah, yang terbaik akhirnya menempati posisi strategis.
Jaringan Sosial dan Semangat Gotong Royong di Silicon Valley
Keunggulan teknis dan akademik bukan satu-satunya kunci. Budaya jaringan (networking) dan saling bantu antar sesama imigran India di Silicon Valley juga memainkan peran penting. Mereka tidak hanya fokus membangun karier pribadi, tapi juga membuka jalan bagi rekan-rekan senegaranya. Hal ini menciptakan ekosistem produktif yang mempercepat kemajuan individu dan komunitas secara bersamaan.