Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini melakukan kunjungan penting ke beberapa negara di kawasan Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Tujuannya adalah untuk mempererat kerja sama strategis yang kemudian berbuah proyek besar dan ambisius di bidang teknologi, terutama kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Salah satu hasil paling mencolok dari kunjungan tersebut adalah dimulainya pembangunan tahap pertama dari proyek data center AI terbesar di UEA yang diberi nama 'Stargate UEA'. Proyek ini ditargetkan mulai beroperasi pada 2026 dan akan didukung oleh teknologi chip canggih dari Nvidia yang berasal dari Amerika Serikat, dengan total chip sebanyak 100.000 unit.
Proyek Stargate UEA sendiri merupakan bagian dari rencana besar Trump yang sebelumnya sudah diumumkan di AS, yakni membangun pusat data AI terbesar di luar wilayah Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk memacu kemajuan teknologi AI melalui pendanaan besar yang mencapai US$100 miliar. Proyek ini melibatkan berbagai perusahaan swasta ternama seperti SoftBank, OpenAI, dan Oracle yang menjadi mitra strategis dalam pengembangannya.
Salah satu hal menarik dari proyek ini adalah penghapusan pembatasan ekspor teknologi canggih yang sebelumnya diberlakukan oleh pemerintah AS ke UEA. Pembatasan tersebut sempat diberlakukan karena kekhawatiran atas hubungan dekat UEA dengan China, namun kini kebijakan tersebut dilonggarkan sebagai bagian dari upaya memperkuat kerja sama teknologi antara AS dan UEA.
Dalam pelaksanaannya, data center AI ini akan memiliki kapasitas energi hingga 5 gigawatt, dengan tahap pertama (fase awal) diperkirakan mencapai kapasitas 1 gigawatt. Proyek ini menjadi kolaborasi besar antara pemerintah UEA dan perusahaan-perusahaan teknologi raksasa asal AS seperti OpenAI, Oracle, Nvidia, Cisco, dan SoftBank.