Selain itu, ada sentimen positif lain yang muncul dari kesepakatan dagang yang sudah tercapai antara Amerika Serikat dan China. Hal ini menambah kepercayaan pasar terhadap dinamika ekonomi global yang lebih stabil.
Namun, dibalik sentimen positif tersebut, ada isu mengenai proses persetujuan anggaran di AS yang mungkin menjadi tantangan bagi dolar AS. Perdebatan yang intens di Senat AS berpotensi menyebabkan penundaan dalam pengesahan anggaran, yang dapat memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar dolar.
"Menariknya, anggaran yang sedang diperdebatkan ini berpotensi menambah utang nasional AS hingga mencapai 3,3 triliun dolar," tambah Ariston.
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor ini, prediksi nilai tukar rupiah mengarah pada kisaran Rp16.150 hingga Rp16.120 per dolar AS. Meski begitu, saat pembukaan perdagangan di Jakarta pada hari Senin, nilai tukar rupiah sedikit melemah, mencatatkan penurunan sebesar 2 poin atau 0,01 persen, menjadi Rp16.197 per dolar AS dari posisi sebelumnya yang berada di angka Rp 16.195 per dolar AS. Situasi ini menambah ketertarikan pasar terhadap perkembangan selanjutnya yang memberikan nuansa optimisme di tengah ketidakpastian ekonomi global.