Sebelumnya, Sri Lanka telah melalui periode ketegangan politik setelah ekonominya runtuh pada tahun 2022, memicu protes dan memaksa Presiden Gotabaya Rajapaksa saat itu untuk melarikan diri dan mengundurkan diri. Dissanayake, yang telah menarik dukungan yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk kebijakan antikorupsi dan antikemiskinannya, berhasil memenangkan pemilihan presiden dengan perolehan suara yang luar biasa, mengingat sebelumnya ia hanya memenangkan 3% dalam pemilihan presiden 2019.
Tantangan pertama bagi Dissanayake adalah merundingkan kembali bagian dari kesepakatan dana talangan senilai USD2,9 miliar dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang melibatkan langkah-langkah penghematan yang menyakitkan. Setelah pengambilalihan jabatan, presiden baru tersebut mengatakan bahwa ia tidak memiliki solusi ajaib untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat, tetapi akan mencari upaya kolektif untuk mengakhiri krisis.
Hal ini diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi masyarakat Sri Lanka yang telah lama menderita dampak ekonomi yang sulit. Meskipun Dissanayake mewarisi situasi yang sulit, keberhasilannya dalam memenangkan pemilihan presiden menandai dorongan besar untuk menciptakan perubahan yang diharapkan oleh rakyat Sri Lanka.