Salah satu contoh daerah yang termasuk dalam program ini adalah kota kecil Takahama di Prefektur Fukui. Kota nelayan ini terkenal dengan keindahan pantainya. Namun, hingga saat ini, belum ada informasi yang jelas terkait prosedur dan syarat untuk mengikuti program ini, termasuk apakah program ini hanya terbuka bagi warga Jepang atau juga terbuka untuk pendatang asing.
Selain persoalan penduduk yang berpindah ke kota-kota besar, Jepang juga mengalami krisis populasi yang signifikan. Menurut data dari Harvard International Review pada 30 Oktober 2024, Perdana Menteri Fumio Kishida mengungkapkan bahwa populasi Jepang mengalami penurunan yang signifikan hingga tahun 2023. Setelah mencapai puncak 128 juta orang pada tahun 2008, jumlah penduduk Jepang terus menurun. Selain itu, jumlah populasi usia kerja juga diprediksi akan menyusut sebanyak 19 juta antara tahun 2023 dan 2050.
Untuk mengatasi krisis ini, pemerintah Jepang telah mencoba beberapa langkah, di antaranya memberikan insentif sebesar 100.000 yen atau sekitar Rp 10,5 juta bagi ibu hamil. Selain itu, Jepang juga meningkatkan jumlah imigran muda yang diperbolehkan masuk ke negara ini untuk membantu peningkatan jumlah tenaga kerja dan mengurangi ketergantungan pada populasi tua.
Peningkatan dukungan bagi imigran yang masuk ke Jepang akan menjadi sangat penting bagi upaya negara ini untuk menarik lebih banyak pemuda dari luar negeri dan menyelesaikan krisis populasi ini.