Tren penghentian penggunaan smartphone dan beralih ke dumb phone atau "HP bodoh" sedang menjadi fenomena menarik di kalangan masyarakat Eropa dan Amerika Serikat (AS). Hal ini tidak hanya berlaku bagi anak muda, tetapi juga orangtua dan bahkan anak usia dini. Dumb phone menawarkan fungsi yang terbatas, seperti panggilan suara, pesan teks, dan peta, tanpa adanya kemampuan untuk browsing ataupun mengakses media sosial.
Selain itu, karakteristik kunci dari dumb phone, yaitu keterbatasan fungsinya, telah memengaruhi munculnya tren ini di Eropa dan Amerika Serikat. Banyak pengguna yang khawatir tentang dampak buruk yang ditimbulkan oleh penggunaan smartphone, sehingga mereka beralih ke ponsel "bodoh". Dibandingkan dengan smartphone, pengguna dumb phone memiliki kendali lebih besar dalam membatasi waktu layar, mengurangi kecanduan media sosial, serta memperbaiki kebiasaan dalam menggunakan teknologi digital.
Penggunaan smartphone telah terbukti memiliki dampak kesehatan mental yang signifikan. Beberapa studi menunjukkan bahwa tingginya paparan terhadap smartphone berkorelasi dengan masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan stres. Media sosial, yang sering menampilkan notifikasi yang tak henti-hentinya, dapat menciptakan tekanan tambahan untuk tetap terhubung dengan internet. Hal ini juga sejalan dengan fenomena FOMO (Fear of Missing Out), dimana seseorang takut ketinggalan informasi, tren, atau topik yang sedang ramai dibicarakan di media sosial.