Simbol Religius dan Keilahian
Seiring waktu, peran ekonomi sapi mulai terintegrasi dengan kepercayaan agama, terutama dalam Hinduisme, agama mayoritas di India. Sapi dipandang sebagai perwujudan dari dewa dan simbol kesucian. Sapi betina seringkali diidentikkan dengan Dewi Aditi, ibu dari para dewa, atau Dewi Prithvi, dewi bumi yang memelihara kehidupan.
Salah satu alasan paling signifikan adalah asosiasi sapi dengan Dewa Krishna, salah satu dewa utama dalam Hinduisme. Dalam kisah-kisah Purana, Krishna sering digambarkan sebagai seorang gembala sapi, akrab bermain dengan sapi-sapi dan melindungi mereka. Sapi, oleh karena itu, dianggap sangat disayangi oleh Dewa Krishna. Sapi juga dikaitkan dengan Dewa Siwa, yang sering digambarkan mengendarai banteng suci bernama Nandi. Nandi dianggap sebagai penjaga gerbang Siwa, dan kehadirannya di kuil-kuil Siwa adalah tanda kesucian dan pengabdian.
Dalam teks-teks kuno seperti Weda, sapi digambarkan sebagai sumber kekayaan dan kehidupan. Mereka disebut sebagai "Aghnya" atau "dia yang tidak boleh dibunuh". Susu sapi dipandang sebagai anugerah ilahi, dan seluruh tubuh sapi dianggap suci, dengan berbagai dewa yang diyakini bersemayam di bagian tubuhnya. Penghormatan ini bukan sekadar larangan makan daging, melainkan keyakinan mendalam bahwa sapi adalah perwujudan dewa di bumi yang harus dilindungi.
Aspek Moral dan Filosofis
Selain alasan ekonomi dan agama, ada juga aspek moral dan filosofis yang mendasari penghormatan terhadap sapi. Dalam ajaran Hinduisme, konsep ahimsa atau tanpa kekerasan adalah prinsip moral yang sangat dijunjung tinggi. Prinsip ini melarang kekerasan terhadap semua makhluk hidup, termasuk hewan. Sapi, yang dianggap memberikan banyak manfaat tanpa meminta imbalan, menjadi simbol sempurna dari ahimsa dan pengorbanan tanpa pamrih.