Di tengah kota-kota besar yang semakin padat dan tercemar, konsep mobilitas berkelanjutan menjadi sebuah keharusan. Sepeda, sebagai moda transportasi yang efisien, ramah lingkungan, dan menyehatkan, kembali menemukan tempatnya. Namun, membangun budaya bersepeda yang kuat bukanlah pekerjaan mudah. Dua kota di Eropa, Amsterdam dan Kopenhagen, telah membuktikan diri sebagai yang terdepan dalam mewujudkan kota yang ramah sepeda, menawarkan pelajaran berharga bagi kota-kota lain di seluruh dunia.
Amsterdam: Sejarah dan Dedikasi pada Dua Roda
Amsterdam, ibu kota Belanda, adalah kota yang identitasnya tak terpisahkan dari sepeda. Diperkirakan ada lebih banyak sepeda daripada penduduknya di kota ini. Keberhasilan Amsterdam bukan kebetulan, melainkan hasil dari perencanaan kota yang matang dan dedikasi panjang.
Infrastruktur Prioritas: Kunci utama Amsterdam adalah infrastruktur sepeda yang ekstensif dan terintegrasi. Kota ini memiliki jalur sepeda (fietspaden) yang terpisah dari jalan raya dan trotoar pejalan kaki, memastikan keamanan dan kenyamanan pengendara sepeda. Jaringan jalur ini mencakup seluruh kota, memungkinkan akses mudah ke mana saja. Persimpangan dirancang khusus untuk pesepeda dengan sinyal lampu yang jelas, dan terdapat banyak tempat parkir sepeda, termasuk "garasi" sepeda multi-tingkat di stasiun-stasiun besar.
Budaya Bersepeda Sejak Dini: Bersepeda adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Amsterdam, bahkan sejak usia dini. Anak-anak diajari bersepeda sejak kecil dan menggunakannya untuk pergi ke sekolah. Tidak ada stigma sosial terkait dengan bersepeda; ini adalah cara transportasi yang normatif untuk semua kalangan, dari mahasiswa hingga eksekutif. Fleksibilitas sepeda juga memungkinkan orang membawa barang belanjaan, anak-anak, bahkan hewan peliharaan.