Reaksi Dunia: Dari Kekhawatiran Hingga Kesiapan Militer
Korea Selatan dan Jepang langsung meningkatkan siaga militer dan memperkuat kerja sama intelijen dengan Amerika Serikat. Mereka menilai langkah ini bukan sekadar peluncuran ilmiah, tetapi bagian dari upaya militerisasi luar angkasa oleh rezim Kim Jong-un.
Amerika Serikat mengutuk peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Washington menyebut bahwa teknologi peluncuran satelit yang digunakan Korea Utara sangat mirip dengan teknologi rudal balistik antar benua (ICBM), yang dilarang keras untuk dikembangkan.
Ambisi Korea Utara di Balik Satelit: Bukan Sekadar Mata-Mata
Pengamat militer internasional menyebut bahwa satelit ini berpotensi menjadi alat utama dalam strategi “preemptive strike” atau serangan pendahuluan Korea Utara. Dengan kemampuan mengawasi pergerakan musuh secara real time, Korea Utara dapat mengantisipasi atau bahkan merancang serangan berdasarkan data satelit tersebut.
Selain itu, langkah ini menunjukkan ambisi Pyongyang untuk menyetarakan diri dengan negara-negara maju di bidang teknologi luar angkasa. Peluncuran ini juga digunakan untuk membangun legitimasi internal di dalam negeri, memperkuat citra Kim Jong-un sebagai pemimpin kuat yang mampu membawa negara kecil seperti Korea Utara masuk ke dalam klub eksklusif negara luar angkasa.
Lonceng Bahaya untuk Kawasan Asia Timur
Tindakan ini dikhawatirkan akan memicu perlombaan senjata luar angkasa di kawasan. Jepang telah mengumumkan akan mempercepat pengembangan sistem satelit pertahanan sendiri. Korea Selatan pun disebut tengah mempersiapkan teknologi antisatelit dan radar penangkal.