Tampang.com – Pencarian Junaidi (55), korban tenggelam tabrakan Tugboat Harmoni X dengan perahu, terus dilakukan hingga tadi malam (5/11). Radius pencarian tim gabungan Basarnas Kaltim dan relawan diperluas hingga 11 kilometer dari titik kecelakaan. Secara sederhana, pencarian dilakukan dari lokasi kejadian di kawasan Harapan Baru, Loa Janan Ilir, hingga depan Kantor Gubernur Kaltim.
Adi Sudjoko, person in charge Basarnas Kaltim untuk pencarian Junaidi, menerangkan, meluasnya pencarian korban berdasar perhitungan kecepatan arus Sungai Mahakam. Sebelumnya, Sabtu (4/11), pencarian dari Jembatan Mahulu hingga Jembatan Mahakam. “Ini untuk mengantisipasi kemungkinan kecil korban sempat terbawa tongkang saat musibah terjadi,” ujarnya.
Dari pantauan media ini pada pukul 20.30 Wita, tim menyiapkan penerangan portabel di posko pencarian yang berlokasi di Kompleks Mahakam Square, Jalan Untung Suropati, Sungai Kunjang, Samarinda. Adi mengungkapkan, bila benar korban tenggelam, maka akan mengapung dua hingga tiga hari. “Makanya, kami antisipasi jika korban mengapung malam ini (tadi malam),” ujarnya.
Pencarian korban tenggelam tentu ada kendala. Nah, untuk kasus Junaidi, Adi mengatakan, kendala pencarian adalah arus yang cukup deras. Sehingga menyulitkan perahu karet bermesin yang diturunkan Basarnas.
Selain itu, tumpukan eceng gondok di perairan Sungai Mahakam membuat mereka mesti berhati-hati. Pasalnya, jika baling-baling perahu karet terlilit tanaman air, bisa berakibat fatal. “Mesin mati di tengah perairan,” ujarnya.
Melihat kumpulan eceng gondok yang cukup rimbun, mereka menduga jasad korban berada di bawah tumpukan tanaman tersebut. Namun, dia menjelaskan, timnya tak mungkin memeriksa timbunan eceng gondok satu demi satu. Hingga pukul 00.00 Wita, korban belum juga ditemukan.
20 KALI PENCARIAN
Kepala Basarnas Kaltimra Kantor Balikpapan Mujiono melalui Kasi Operasi Octavianto mengatakan, dari Januari 2017 hingga sekarang, pihaknya sudah 20 kali melakukan operasi pencarian dugaan korban tenggelam di Sungai Mahakam. Wilayah operasinya mulai Kutai Barat, Samarinda, hingga Anggana, Kutai Kartanegara. Baik karena kecelakaan murni maupun kasus kriminal.
Octa–sapaan akrabnya–menjelaskan, mencari korban tenggelam di Sungai Mahakam memang penuh tantangan. Bahkan lebih sulit dibanding mencari korban tenggelam di laut. Sungai Mahakam memiliki karakteristik arus bawah deras. Selain itu, kekeruhan air membuat jarak pandang nol. Menyulitkan tim penyelam yang mencari korban di dasar sungai.