Para pemimpin di kedua belah pihak juga menegaskan bahwa mereka tidak menginginkan perang habis-habisan. Serangan balasan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, meskipun kadang mematikan, secara umum masih dipandang sebagai sesuatu yang diperhitungkan dengan cermat untuk menghindari eskalasi besar.
Namun, hal yang perlu menjadi perhatian adalah kondisi infrastruktur di kedua belah pihak. Lebanon, yang kini tengah di tengah-tengah krisis ekonomi dan politik, sama sekali tidak siap untuk menghadapi perang baru. Serangan besar-besaran Israel ke negara tersebut akan menjadi bencana besar, khususnya di selatan Lebanon, yang menjadi benteng utama Hizbullah dan akan menimbulkan ancaman serius terhadap popularitas dan dukungan organisasi militan di sana.
Mengenai upaya pencegahan, ada langkah-langkah diplomasi yang tengah digulirkan oleh pihak internasional. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah mengirim salah satu pembantunya, Amos Hochstein, ke Israel dan Lebanon untuk mendorong solusi. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga menekankan bahwa diplomasi merupakan cara terbaik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut. Mereka tengah mencari kesepakatan diplomatik yang memulihkan ketenangan di perbatasan utara Israel dan memungkinkan warga sipil untuk kembali dengan aman ke rumah mereka di kedua sisi perbatasan Israel-Lebanon.