Sementara itu, Malaysia juga telah menarik perhatian utama dalam industri semikonduktor, dengan banyak perusahaan utama di bidang ini menetapkan basis produksi mereka di negara tersebut. Hal ini didorong oleh infrastruktur yang baik dan sumber daya manusia yang terdidik, membuat Malaysia menjadi destinasi menarik untuk investasi dalam sektor tersebut.
Indonesia, dengan populasi yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, sedang berusaha memposisikan dirinya sebagai pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Dukungan pemerintah dalam hal infrastruktur dan regulasi juga telah mendorong minat dari perusahaan-perusahaan multinasional untuk berinvestasi dalam industri ini. Potensi pasar yang besar di Indonesia membuatnya menjadi destinasi menarik bagi perusahaan yang ingin mendiversifikasi produksi kendaraan listrik mereka di Asia Tenggara.
Sementara Vietnam, Malaysia, dan Indonesia telah menarik investasi dalam sektor manufaktur dan industri tertentu, Singapura telah menjadi kantor pusat regional bagi banyak perusahaan global dan startup. Keunggulan kompetitif Singapura dalam hal peraturan yang ramah bisnis, infrastruktur yang modern, dan sumber daya manusia yang terdidik telah membuatnya menjadi destinasi menarik bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang ingin menjadikannya sebagai basis operasi regional mereka.
Dalam konteks ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok, Tenggara Asia telah menjadi magnet bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada rantai pasokan yang diatur oleh Tiongkok. Strategi "China Plus One" telah mendorong perusahaan-perusahaan untuk mencari alternatif produksi dan investasi di negara-negara ASEAN, merangsang pertumbuhan ekonomi dan investasi di kawasan ini.